Qi ferro Garap Film Layar Lebar Mahakarya Sejarah Masa Kebesaran Kejayaan Nusantara di Pulau Dewata Bali
Media-jabar.net | Bogor – Sejarah kebesaran dan kejayaan Nusantara di masa Kerajaan Majapahit akan segera diangkat ke layar lebar. Film yang sangat sakral tersebut mendapat dukungan dari banyak pihak. Direncanakan film layar lebar itu akan digarap Prabu Nusantara Pictures di tahun 2020 sekarang ini, dengan lokasi tempat shooting di Pulau Dewata Bali dan diperkirakan selesai pada 2021.

“Film Mahapatih Gajah Mada yang berjudul “Nusantara Rissing” atau kebangkitan Nusantara. Ini merupakan film layar lebar mega kolosal cerita pada abad 13 dan 14 mengenai kebesaran Kerajaan Majapahit dan masa kejayaan nusantara yang sudah terkenal di mancanegara dan dunia internasional,” ungkap Qi Ferro dalam percakapannya dengan awak media-jabar.net di Bogor, Rabu (20/02/20).
“Film ini saya persembahkan untuk bangsa tercinta serta sebagai penghargaan yang tak ternilai kepada para leluhur bangsa ini yang hebat luar biasa,” ucap Qi Ferro.
Film ini akan melibatkan ribuan orang pemain dengan biaya produksi cukup besar dan mungkin yang terbesar dalam sejarah perfilman di tanah air.
“Tujuannya adalah untuk mengangkat kembali sejarah masa kebesaran kejayaan nusantara di era Majapahit yang diharapkan akan menjadi cermin bagi kita seluruh anak bangsa generasi penerus, dan juga sebagai cermin bagi para pemimpin bangsa ini, dimana bila kita melihat situasi dan kondisi bangsa saat ini sungguh miris dan ironis,” ucapnya lirih

Qi Ferro mengatakan, besarnya biaya produksi film mega kolosal ini karena bangunan Set Keraton Kerajaan Majapahit yang akan dibangun untuk kegiatan syuting dipersiapkan semegah mungkin dan mendekati aslinya begitu juga aksesoris, properti dan pernik-pernik lain yang sebagian ada yang dibuat dari bahan metal atau tembaga. Belum lagi ratusan kuda, belasan ekor gajah dan satwa lainnya yang menjadi pendukung
Qi Ferro yang menjadi produser sekaligus President Director Prabu Nusantara Pictures megatakan, proses persiapan film layar lebar mega kolosal ini cukup lama. Hal itu mengingat garapan ini sebuah fakta sejarah yang tidak boleh gegabah mempersiapkannya, butuh kesabaran tingkat tinggi, ketulusan, keikhlasan tanpa pamrih, butuh kebersihan hati, kejernihan pikiran, jiwa dan tidak bisa mengikuti nafsu, ambisi serta emosional.
“Kesakralan film ini juga berkaitan erat dengan siklus Nusantara yang sedang berlangsung saat ini. sehingga segala sesuatunya harus dipersiapkan dengan matang, dibuat sedetil mungkin mendekati aslinya dan mengikuti aturan tatanan leluhur,” jelas bang Ferro yang lebih dikenal dengan sebutan Qi Ferro.
kapan diadakan acara launching film ini? ”Rencana launching akan diadakan di pulau Dewata Bali pada tahun 2020 ini, yang direncakan akan diresmikan oleh Presiden RI dan President World Peace Committee yang mana dalam acara launching juga akan mengundang Raja Sultan nusantara, gubernur, duta besar dalam dan luar negeri, tokoh adat budaya dan lain-lainnya. Diharapkan film ini nantinya akan menjadi sebuah tontonan yang menarik juga sebagai tuntunan yang mengandung banyak filosofi,” ujar Qi Ferro.
Perihal film layar lebar mahakarya epik sejarah kebesaran masa kejayaan Nusantara ini menurut Qi Ferro mendapat respon dan dukungan sangat luar biasa dari berbagai kalangan dan pihak-pihak yang sudah dikenal kiprahnya baik di nasional maupun internasional seperti, Prof. DR. Djuyoto Suntani President the World Peace Committee 202 negara yang duduk sebagai Dewan Penasehat.
Kemudian, Ferry Hariyanto dan Ir. Syahrizal Luthan (Asist Produser), Indra D Himrat (Asist. Produser bid Media), Aris Fachrul Rozi (Asist bid Keu), Deni Rochman (Tim Media Patner) dan Wahyu S Praja (Penulis skenario) yang sudah berpengalaman dan juga sangat mengetahui, mengerti dan memhami cerita sejarah tentang Majaphit.
Selanjutnya, untuk kelancaran penggarapan dalam film ini juga melibatkan para tokoh spiritual sebagai penasehat, beberapa diantaranya, Romo Yogma (Bali), Rd. H. Oding Rojudin Raja Galuh (Jabar), Romo Kliwon (Ngoro, Mojokerto), Cak Dul wahid (Ngoro, Mojokerto), Rd. Asep Suttan Sanding (Majalaya), Gus Munir (Babat), R. Asep Dharma Wijaya (Jabar)
“Penggarapan syuting fim ini diperkirakan akan menghabiskan waktu 7 bulan. Sementara, yang cukup memakan waktu adalah pembangunan set builder keraton majapahit,” ucap Qi Ferro.
Qi Ferro menjelaskan, dengan berbagai pertimbangan maka pembangunan Set Builder Keraton Kerajaan Majapahit untuk syuting 80 persen nya akan dibangun di Pulau Dewata. Bangunan set keraton majapahit yang dibangun sebagai tempat syuting ini sekaligus bisa dijadikan sebagai tempat wisata budaya dan edukasi yang tentunya akan menambah daya tarik luar biasa bagi wisatawan lokal, nasional dan mancanegara yang ingin berwisata.
“Lokasi syuting yang lainnya seperti Gunung Bromo, Madakaripura, Jotanmas Jedong, Pagaruyung (Sumbar) dan Tiongkok,” tambahnya.
Dijelaskan juga, film Mahapatih Gajahmada yang berjudul “Nusantara Rissing” ini akan dibuat dalam lima bahasa yaitu, Indonesia, Inggeris, China, Jawa dan India yang nantinya direncanakan akan ditayangkan serentak seluruh di bioskop-bioskop nasional dan juga akan diputar di bioskop-bioskop di negara asia serta internasional.
Beberapa aktor dan aktris terbaik nasional akan dilibatkan dalam mendukung produksi film ini termasuk beberapa artis mancanegara yang sudah mendunia, juga, melibatkan sutradara dan special effect yang sudah terkenal hasil karyanya di kancah film nasioanal dan internasional.
“Perlu kita ketahui bahwa Gajah Mada sebagai bhayangkara sejati memiliki kekuatan intelektual, spiritual, metafhisik dan filsafat yang sangat tinggi bagi bangsa ini. Sebagai konseptor terhadap negara kedaulatan yang menyatukan seluruh Nusantara Raya. Gajah Mada telah menetapkan warisan kebijakan yang begitu tinggi terhadap kemajuan bangsa secara futuristik,” jelas Qi Ferro.
Dalam percakapannya ia mengatakan, film ini juga akan mengungkapkan kehebatan gugus armada maritim majapahit dengan kapal-kapalnya yang besar dengan gagah menjaga seluruh wilayah Nusantara. Gugus armada laut ini di bagi dalam lima 5 wilayah perairan dipimpin oleh seorang laksamana.
Pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit di abad XIII di masa Hayam Wuruk, disebutkan ada dua tokoh militrer jenius, yaitu Mahapatih Gajahmada dan Laksmana Mpu Nala. Laksamana Mpu Nala sebagai panglima angkatan laut Majapahit menempatkan puluhan kapal perang untuk menjaga 5 titik penting perairan nusantara.
“Mudah-mudahan film ini akan menjadi sebuah mahakarya sejarah yang monumental yang nantinya akan diputar setiap tahun agar generasi muda bangkit kembali ke jati diri bangsa dan tidak melupakan sejarah bangsanya yang luar biasa hebat dahsyat dan pernah menjadi negara super power di dunia yang disegani pada masanya,” harapnya.
“Dengan kehadiran film ini diharapkan menggugah semangat generasi muda untuk mencintai sejarah bangsanya dan membangkitkan kembali semangat nasioanlisme, jiwa-jiwa patriot kesatria bangsa sebagai putra putri Bumi Pertiwi yang terlahir sebagai bangsa yang cerdas dan tangguh yang memiliki peradaban tinggi. Ingatlah itu..!,” pesan Qi Ferro kepada generasi muda
Tanpa sejarah leluhur kita ini bukan siapa-siapa. “Mari kita bangkit bersatu dibawah naungan panji merah putih dan bhineka tunggal ika tan hana dharma mangrwa dalam cinta dan perdamaian abadi. Bersama menjaga, melestarikan adat, tradisi dan budaya leluhur yang kaya dengan leberagaman,” ajak Qi Ferro penuh semangat sambil sedikit bercerita.
Sambil berucap ‘Salam Nusantara’ ia mengatakan, “Sudah tiba saatnya bangsa ini kembali bangkit sebagai bangsa yang besar disegani di dunia. #kembali ke Tatanan Nusantara,” pungkasnya. (Den.Mj)
Editor & Penerbit: Den.Mj