Sumaryoto : Radikalisme Dikalangan Dunia Pendidikan Khususnya Perguruan Tinggi Membuat Prihatin Semua Kalangan
Media-jabar.net | JAKARTA — Adanya dugaan indikasi menyebarnya paham radikalisme dikalangan dunia pendidikan khususnya perguruan tinggi membuat prihatin semua kalangan. Fenomena paham radikalisme merupakan sebuah fakta, karena itu pihaknya sangat setuju dalam mendukung pemberantasan paham radikalisme.
“Karena paham tersebut, bisa menjangkit kepada siapapun baik mahasiswa maupun dosen. Semuanya suatu kepahaman suatu fanatisme karena kepada keangkuhan. Dalam satu agama pun, sama-sama berbeda-beda,” kata Rektor Universitas Indraprasta PGRI (Unindra), Prof. Dr. H. Sumaryoto, Jumat (11/10), saat ditemui Ruangan Rektor, di Jakarta.
Untuk mengelilingi berkembangnya paham radikalisme di tempatnya mengajar, Sumaryoto memiliki kiat tersendiri. Diantaranya menambahkan pelajaran agama dan kewarganegaraan atau PKN. Dengan ditambahnya jam kuliah pada mata pelajaran tersebut diharapkan para mahasiswa dan dosen dapat terhindar dari pengaruh paham radikalisme.
“Selain itu, dalam setiap perkuliahan pihaknya juga selalu menyisipkan beberapa petuah hidup yang berbersifat humanis dan berakhlak yang baik sehingga para mahasiswa semakin yakin dapat menolak paham-paham radikalisme. Di dalam pendidikan suatu kesepahaman harusnya dengan sistem mix tidak bisa di perguruan tinggi dalam aksi sekarang oleh anak-anak SMK itu artinya menekan, mengurangi, radikalisme tidak semerta-merta di perguruan tinggi dari tingkat sekolah juga sudah ada mulai di tanamkan melalui agama dan moral yang terpenting,” ujarnya.
Karena itu, berkaitan prilaku orang dari SD, SMP, dan SMA sudah di tanamkan dan Insya Allah setelah mahasiswa lebih muda yang membentengi salahsatu agama yang menjamin kehidupan dunia dan akherat. Terkadang orang-orang lupa mengabaikan dengan agama, karena agama untuk membenteng, mengemas kehidupan dunia dan akherat yang hanya menjabarkan dengan rinci dalam peraturan-peraturan duniawi.
“Lebih lanjut, kata Sumaryoto mengungkapkan dalam prinsip nilai-nilai yang ada yaitu agama. Yang jelas Unindra dari tahun 2006 tujuannya bukan radikalisme, dengan tujuannya untuk membekali kelulusan Unindra yang mempunyai akhlak yang baik. Kalau orang mempunyai akhlak yang baik pastinya tidak radikal,” ungkap Sumaryoto.
“Nah, dengan caranya menambah durasi kuliah agama, karena agama lah yang mengajarkan tentang akhlak yang sangat mendalam. Bahkan dalam pemahaman Islam, Nabi itu yang di utus Allah SWT semata-mata memperbaiki akhlak pentingnya soal moral,” pungkasnya. (dade)
Editor & Penerbit: Den.Mj