Launching Buku Citarum Harum “Caring For Rives, Saving Lives”
Jakarta, MediaJabar.Net – Pada agenda The 10th World Water Forum yang dilaksanakan di Bali pada tanggal 18 s/d 25 Mei 2024, permasalahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum tak luput dari pembahasan.
Sambutan disampaikan oleh Bey Machmudin selaku Pj Gubernur Jabar, lalu Jenderal TNI (HOR) (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan selaku Kemenko Marves.
Dalam sambutannya, Bey Machmudin mengungkapkan bahwa sungai Citarum adalah sumber kehidupan, perannya sangat krusial dan tentunya penting untuk keberlangsungan masyarakat.
“Sungai Citarum bukan hanya aliran sungai, Citarum adalah sumber kehidupan, penyokong pertanian, penggerak industri, dan juga habitat dari berbagai jenis flora dan fauna. Namun kita semua sadar bahwa sungai ini telah mengalami berbagai tantangan, mulai dari pencemaran hingga degradasi lingkungan yang serius. Dan kita ketahui bahwa telah ada Perpres No 15 Tahun 2018 dan Jawa Barat telah membentuk satuan tugas Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan (PPK) DAS Citarum, dimana Gubernur Jabar bertindak sebagai komandan satgas (Dansatgas). Upaya kami yang mengedepankan kolaborasi dalam kerangka pentahelix dengan melibatkan pemerintah pusat, kabupaten kota, akademisi, dunia usaha, media, serta masyarakat dan komunitas. Kini secara sedikit demi sedikit telah berhasil meningkatkan indeks kualitas air dari cemar berat pada tahun 2018 menjadi cemar ringan pada tahun 2021,” ungkapnya.
“Dan tentunya buku Citarum Harum adalah dokumentasi dari pergerakan kita semua, dan dapat digunakan sebagai pembelajaran serta inspirasi bagi generasi mendatang. Buku ini mengingatkan kita akan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menghadapi tantangan lingkungan. Air adalah sumber kehidupan yang harus kita jaga bersama untuk kesejahteraan bersama. Diperlukan kerjasama lintas sektoral, lintas negara, dan lintas generasi untuk mencapai keberhasilan yang kita harapkan. Semoga buku ini menjadi sumber inspirasi bagi kita semua untuk terus berjuang demi lingkungan yang lebih baik,” harapnya.
Selanjutnya, Menkomarves memaparkan bahwa keberhasilan sedikit demi sedikit adalah berkat kerjasama kita semua.
“Terimakasih kepada Dansektor yang terus terang telah bekerja banyak, tugas Dansektor bukan hanya membersihkan dan mengatur pembersihan sampah, tapi juga bagaimana mendidik masyarakat untuk tidak membuang sampah/limbah ke sungai. Dan juga bagaimana memberikan pengertian serta menghukum industri-industri yang membuang limbahnya ke sungai, dan itu saya tahu prosesnya tidak mudah. Saya ingat betul pada tahun 2018 media asing menyoroti kotornya Citarum dan itu yang jadi pemacu kita untuk membuat langkah pemecahan masalahnya, karena dampaknya banyak sekali. Selanjutnya pada hasil penelitian beberapa tahun yang lalu, banyak ikan yang tercemar limbah dan dampaknya apabila ikan tersebut kita konsumsi maka akan membuat cacat/kelainan genetik. Jadi banyak sekali implikasi negatif dari dampak Citarum yang kotor,” paparnya.
“Dan saya ingat persis pada waktu itu almarhum Bpk Letjen (Purn) Doni Monardo, karena tanpa tentara tidak mungkin permasalahan ini bisa diselesaikan, karena keadaan Citarum begitu parah. Saat itu kami juga susuri dari daerah hulu banyak sekali hutan yang gundul dan kebetulan pak Doni senang melakukan penghijauan, almarhum pada saat itu juga berinisiatif untuk menghijaukan hutan yang gundul dengan melakukan penanaman pohon keras untuk mengantisipasi longsor dan sebagai cadangan sumber air. Ini semua adalah hasil kerja kita semua, tak lupa spirit dari Dansektor, perwira-perwira yang membangun dengan sistem teamwork yang bagus maka tidak sedikit banyak yang mendapat promosi jabatan kenaikan pangkat. Apresiasi untuk Dansektor yang turun langsung ke kampung-kampung di pinggiran untuk mendidik masyarakat, beberapa kali kami meninjau melihat kemajuan satu persatu. Dan terimakasih untuk yang telah menyusul buku ini, menurut saya buku ini bagus, ini adalah bentuk pembelajaran dan mendisiplinkan bangsa kita,” pungkasnya.
Buku ini diawali dengan kisah sungai Citarum, yang menawarkan wawasan tentang sejarah, geografi, demografi, dan berbagai kegunaannya yang menopang masyarakat sejak zaman dahulu. Bab selanjutnya membahas dukungan kelembagaan, kolaborasi multisektoral berdasarkan konsep Pentahelix, kebijakan, strategi, dan faktor keberhasilan program Citarum Harum. Program ini mengatasi polusi dan degradasi lingkungan yang berdampak pada kesehatan, ekonomi, masyarakat, ekosistem, dan sumber daya lingkungan, sehingga mengancam tujuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Peduli Sungai Citarum berarti merawat laut dan menyelamatkan nyawa. Buku ini bertujuan untuk menjadi catatan sejarah dan warisan bagi generasi mendatang, yang menunjukkan bahwa permasalahan lingkungan yang kompleks dapat diatasi.
(Intan)