Pemkot Bandung Bersama Sektor 22 CH Sepakat Bantaran Jadi Destinasi Wisata
Media Jabar.Net.Bandung – program citarum harum semakin terang dan jelas telah memberi mampaat buat masyarakat selain membuat sungai bersih juga bantaran sungai nya yang mampu membuat ruang publik semakin indah dan nyaman , bahkan menjadi objek wisata baru.
Seperti halnya di bantaran sungai cidurian kini menjadi destinasi wisata, masyarakat bisa menikmati keindahan dan kenyamanan bantaran yang tadi nya kumuh dengan bangunan liar, kini pemkot Bandung serta Dansektor 22 Citarum Harum (Kol. Inf. Eppy Gustiawan, S.I.P.,) antara Satgas Citarum Harum dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, kini telah sepakat untuk restorasi sempadan (bantaran) sungai menjadi ruang umum publik.
Yaitu di bantaran Sungai Cidurian wilayah Kelurahan Antapani Kidul Kecamatan Antapani, ketiga belah pihak (Satgas Sektor 22, Pemkot Bandung dan BBWSC) telah sepakat akan menciptakan sebuah kota yang berbatasan dengan air (Waterfront) yang bertajuk kepada Historical Walk (Jalan yang Bersejarah) untuk menuju Kota Indah dan sehat.
Hal diatas diucapkan oleh Dansektor 22 Citarum Harum (Kol. Inf. Eppy Gustiawan) ketika melakukan survay ulang di bantaran Sungai Cidurian sebagai konsep destinasi wisata pasca pembongkaran Bangunan Liar, Minggu (26)12/2021).
“Konsep ini merupakan hasil diskusi kami yaitu Satgas Citarum Harum Sektor 22 bersama Kadis DPU Kota Bandung (Ir. Didi Ruswandi, S.T., M.T.,) juga dari BBWS (Drs. Joko Priyono, ST. M.Si.,) sebagai pemanfaatan lahan di muka tepian Sungai Cidurian untuk dijadikan sarana wisata tepian air (waterfront),” kata Eppy.
Ungkapan Kolonel Eppy Gustiawan dibenarkan oleh Kadis DPU Kota Bandung, yaitu lahan seluas ini cukup untuk dijadikan ruang publik dan tempat wisata sederhana dengan konsep diatas bagi masyarakat sekitar.
“Kami bertujuan lahan ini bisa mengukir sejarah di Kota Bandung (Historical Walk), yaitu berawal dari Bangunan Liar kita ubah menjadi Waterfront, walau berat mengatakan ini, karena sebuah konsep akhir yang harus jadi dan sudah acc dari kita bertiga,” jelas Didi Ruswandi.
Kembali ke Kolonel Eppy Gustiawan, ia memaparkan lebih lanjut bahwa kondisi sungai berikut lingkungan sungai di Kota Bandung terus mengalami degradasi. Maka perlu upaya keras untuk merevitalisasi kawasan ini sehingga kembali menjadi wajah kota yang menarik.
Yaitu berupa ruang interaksi sosial, dan memberi daya dukung lingkungan yang lebih berkelanjutan.
“Kami merasa perlu untuk melakukan perayaan kecil dari satu langkah yang sudah dilakukan untuk melipatgandakan energi, karena butuh berjuta-juta langkah lagi untuk mewujudkan ‘waterfront’ di banyak sungai yang ada di Kota Bandung,” ungkap Eppy Gustiawan.
Disambut oleh Didi Ruswandi, konsep diatas tetap masih membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, yaitu menguatkan kolaborasi yang utuh untuk menjadikan sebuah tujuan yang sama dalam penataan ruang yang harus bermanfaat bagi masyarakat dan berkelanjutan.
“Kami masih pakai kata ‘waterfront’ belum berani menggunakan kata waterfront saat itu penjabarannya sangat luas, namun setelah diskusi antara ke-tiga lembaga ini kita sepakat, semoga suatu saat nanti di belahan pelosok Kota Bandung hasil dari lahan penertiban Bangunan Liar bisa berkembang juga sebagai ruang publik lainya,” tutup Didi. ( Asep)