Sumaryoto : Mendikbud Di Tahun Baru Ini, Salah Satunya Meningkatkan Kesejahteraan Guru Dan Tenaga Pendidik

Bagikan berita:

Media-jabar.net | Jakarta – Jakarta —  Rektor Universitas Indraprasta PGRI (Unindra), Prof. Dr. H. Sumaryoto mengatakan sjumlah pekerjaan rumah (PR) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim di tahun baru ini. Salah satunya meningkatkan kesejahteraan guru dan tenaga pendidik lainnya.

“Hal ini dinilai penting, mengingat peran mereka yang strategis dalam maju-mundurnya dunia pendidikan Indonesia. Masalah mendesak yang harus dituntaskan saat ini ya tenaga pendidik, guru. Belum diangkat semuanya menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Lalu kualifikasi pendidik. Karena guru atau pendidik ini adalah pilar di dunia pendidikan,” kata Sumaryoto, Senin (6/1), saat di temuin di Ruangan Rektor, di Jakarta.

Tanpa tempat masih bisa, tapi tanpa guru enggak bisa, sistem pendidikan seperti kurikulum hanyalah alat, subjek utamanya ialah guru. Jika tenaga pendidik tak disejahterakan. Jangan harap lulusan berkualitas, terbaik dan berdaya saing mampu dihasilkan lembaga pendidikan.

“Lebih lanjut, kata Sumaryoto mengungkapkan bagaimana kita mengharap output lulusan yang berkualitas yang berdaya saing kalau gurunya seperti itu, sambil mengajar mikir bagaimana yang di rumah. Kita kalau menuntut guru profesional, penuhi dulu basic need-nya, kita harus memanusiakan, jangan cuma menekankan kewajiban saja,” ujarnya.

‘Resolusi’ tahun 2020 yang harus dituntaskan Nadiem, menurut Sumaryoto juga mengenai program wajib belajar. Karena amanat konstitusi, ia berharap program itu bisa berlangsung bahkan hingga perguruan tinggi. Dengan alokasi APBN sebesar 20 persen untuk pendidikan, ia yakin target tersebut bisa dipenuhi.

“Setiap warga negara berhak pendidikan yang layak. Perlu ditegaskan 20 persen APBN untuk dunia pendidikan. Sampai sekarang enggak pernah diutak-atik itu, apa benar? Harus dipertegas. Harus dipenuhi, jika dipenuhi saya yakin pendidikan Indonesia bisa dikembangkan lebih baik lagi. Tidak mungkin pendidikan tanpa dana,” ungkap Sumaryoto.

Indonesia diminta mencontoh negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam, dalam mengelola pendidikan tingginya. Di Malaysia, kata dia subsidi menyeluruh diberikan bagi mahasiswa dalam dan luar negeri. Sementara di Brunei, pemuda bahkan sampai diberi ‘gaji’ apabila mau kuliah.

Perguruan tinggi kalau negeri itu harus murah, bila perlu gratis.

“Di samping itu, Sumaryoto turut mengkritisi sistem pendidikan Indonesia yang kerap berubah-ubah, setiap kali pergantian rezim atau menteri. Upaya ini dinilainya takkan membuat pendidikan Tanah Air membaik. “Sebab perubahan dalam dunia pendidikan itu tidak bisa secara radikal, tapi gradual, pelan-pelan,” katanya.

Sumaryoto yakin, jika tiga hal tadi dibenahi terlebih dahulu, upaya pengembangan pendidikan Indonesia menjadi mudah dilakukan. Jika belum, mimpi besar menjadikan lulusan lembaga pendidikan Indonesia berkualitas dan berdaya saing di dalam serta luar negeri, dalam waktu dekat menurutnya belum akan terwujud. “Kalau guru sudah dibenahi, kesejahteraannya dipenuhi, sarana dan prasarana dipenuhi serangan diperbaiki, baru. Ibarat kita naik kendaraan itu sudah siap semuanya. Bensin sudah penuh, mesin sudah diservis, tinggal tancap,” ujar Sumaryoto. (dade)

Editor & Penerbit: Den.Mj

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *